Kamis, 10 November 2016

Tugas Makalah
Ilmu Budaya Dasar
Pernikahan Adat Sunda


Disusun oleh : 
Muhammad Ilham Fahrizal
Ian Lesmana
Adinda Putri Mumpuni
Arya Audi

Kelas : 1EA09

Universitas Gunadarma Depok

Tahun 2016-2017





Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.





Depok,November 2016



Penyusun





Daftar Isi

Kata pengatar 1
Daftar isi 2
Bab 1 3
A. Latar Belakang 3
B. Unsur Kebudayaan Suku Sunda 4
Bab 2 8
A. Makna dan Tradisi Adat Sunda 8
Bab 3 5

A. Proses Pernikahan Adat Sunda Sebelum Hari H 9

B. Proses Pernikahan Adat Sunda Sesudah Hari H 12

C. Transkripsi Wawancara 14

Daftar pustaka 16













BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruk terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.
Kebudayaan merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.
Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
Sunda adalah sebagai nama kerajaan kiranya baru muncul pada abad ke 8 sebagai lanjutan atau penerus kerajaan Tarumanegara. Pusat kerajaan berada di sekitar Bogor, sejarahnya sunda mengalami babak baru karena arah pesisir utara di Jayakarta (Batavia) masuk ke kuasaan kompeni Belanda sejak 1610 dan dari arah pedalaman sebelah timur masuk kekuasaan Mataram sejak 1625.
Suku sunda merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, yaitu berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Masyarakat sunda mengartikan kata “sunda” menjadi beberapa pengertian (Hizhib: 2010) :



B. Unsur Kebudayaan Suku Sunda
Unsur-unsur kebudayaan suku sunda adalah :

  • Bahasa
  • Bahasa sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain, yaitu :
  • Bahasa sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
  • Bahasa sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya
  • Bahasa sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
  • Namun demikian di Serang dan di Cilegon, lebih lazim menggunakan bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh teknik pendatang dari suku jawa.

2.    Religi/Agama
Sebagian besar masyarakat suku sunda menganut Agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, hindhu atau budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan ghaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lain.

3.    Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok masyarakat sunda adalah :
      Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet dan kina
      Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran
      Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau
      Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, peternak.


4.    Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belah pihak orang tua yaitu bapak dan ibu. Dalam keluarga sunda, bapak yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku sunda.
Dalam bahasa sunda dikenal pula kosa kata sejarah dan sarsilah (silsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sejarah adalah susun galur atau garis keturunan.
Pada saat menikah, orang sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama. Setelah menikah, penggantin baru bisa tinggal di tempat kediaman istri atau suami tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal di tempat baru atau neolokal.

5.    Kesenian
Masyarakat sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat jenis kesenian diantaranya seperti :
Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
Seni suara dan musik
Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi
Salah satu lagu daerah sunda antar lain yaitu Bubuy bulan, Es Lilin, Manuk dadali, Tokecang, dan Warung Pojok.
Wayang Golek
Senjata tradisonal yaitu kujang

6.    Sistem Peralatan dan Teknologi
Sistem peralatan masyarakat sunda terdapat pada senjata tradisionalnya yaitu kujang. Senjata seperti kujang ini disimpan sebagai pusaka yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkan di atas tempat tidur (Hazeu, 1904: 405-406). Menurut sebagian orang kujang mempunyai kekuatan tertentu yanng berasal dari dewa (Hyang), kujang juga dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa organisasi serta pemerintahan. Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat sunda, kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral.
Berdasarkan fungsi kujang terbagi menjadi empat antara lain, Kujang Pusaka ( lambang keagungan dan perlindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara), Kujang Pamangkas ( sebagai alat berladang).
Teknologi di masyarakat sunda pula saat ini sudah berkembang pesat, masyarakat saat ini sudah banyak mengenal dan bahkan memiliki benda-benda elektronik, tetapi adapula masyarakat sunda yang masih kental dengan adat dan menghindari tentang adanya teknologi dan unsur modern. Contohnya adalah masyarakat baduy. Mereka memang tidak begitu suka dengan perubahan teknologi, karena bagi mereka adat leluhur dari nenek moyang haruslah tetap dijalankan.1[3]



7.    Sistem Pengetahuan
Pendidikan di suku sunda sudah dibilang sangat berkembang baik. Terlihat dari peran pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintah. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundemental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, menginggat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.
Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karekteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku sunda memiliki potensi budaya dan karekteristik tersendiri, baik secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna yag sangat mendalam.


























BAB 2
Pembahasan

  1. Makna dari tradisi pernikahan
Dalam Al Quran bahwa Allah itu maha adil, dari potongan Surah An Nur ayat 32 menjelaskan

" Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya dan Allah Mha luas ( pemberian-Nya ) Lagi Maha Mengetahui. "

Dari ayat di atas di simpulkan bahwa pernikahan itu pembawa pintu rezeki, yang sekaligus memberi kita jalan untuk menuju keberkahan.















BAB 3
Alur Pernikahan Adat

A. PROSESI PERNIKAHAN ADAT SUNDA SEBELUM HARI H

sayakamukalian.wordpress.com

1. NEUNDEUN OMONG (MENYIMPAN UCAPAN)

Pada prosesi pertama adalah pembicaraan antara kedua pihak orang tua mempelai atau walinya yang dipercaya jadi menjadi utusan pihak pria yang mempunyai rencana untuk mempersunting seorang wanita sunda.
Orang tua atau wali datang bersilaturahmi dan menyimpan pesan bahwa kelak sang wanita akan dilamar.
Sebelumnya orang tua masing-masing memang telah membuat kesepakatan untuk menjodohkan atau sang pria dan wanitanya sudah sepakat untuk mengikat janji dalam suatu ikatan pernikahan.
Selanjutnya orang tua pria datang sendiri atau menyuruh orang lain ke rumah sang wanita untuk menyampaikan niatnya.
Intinya, neundeun omong (titip ucap, menaruh perkataan atau menyimpan janji) yang mengharapkan sang wanita agar menjadi menantunya. Dalam hal ini, orang tua atau wali membutuhkan kepandaian berbicara, berbahasa dan penuh keramahan.

2. NAROSAN ATAU NYEUREUHAN (LAMARAN)

Prosesi melamar atau meminang ini adalah sebagai tindak lanjut dari tahap pertama. Prosesi ini dilakukan orang tua calon pengantin keluarga sunda dan keluarga dekat.
Hampir mirip pada tahap pertama, bedanya dalam lamaran, orang tua pria biasanya mendatangi calon besannya dengan membawa makanan atau bingkisan seadanya, membawa lamareun untuk pameungkeut yaitu tali pengikat kepada calon pengantin wanitanya.
Biasanya berupa uang, seperangkat pakaian, semacam cincin pertunangan, sirih pinang komplit dan lainnya. Selanjutnya, kedua pihak mulai membicarakan waktu dan hari yang disepakati untuk melangsungkan pernikahan.

3. TUNANGAN

Prosesi pernikahan adat sunda yang ketiga adalah prosesi patuker beubeur tameuh, yaitu
dilakukan penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada sang wanita.

4. SESERAHAN (NYANDAKEUN)

Pada 3 – 7 hari sebelum pernikahan, calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot
rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lain-lain.

5. NGEUYEUK SEUREUH

Ini adalah prosesi yang tidak wajib atau pilihan. Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan,
maka seserahan dilakukan sesaat sebelum akad nikah. Tahap ini dilakukan sebagai berikut:
a. Dipimpin Pengeuyeuk.
b. Pengeuyek menyuruh kedua calon pengantin untuk meminta ijin dan doa restu kepada kedua
orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan
berupa parawantenpangradinan dan sebagainya.
c. Diiringi lagu kidung oleh Pangeuyeuk.
d. Disawer beras, agar hidup sejahtera.
e. Dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan rajin bekerja.
f. Membuka kain putih penutup Pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina
masih bersih dan belum ternoda.
g. Membelah mayang jambe dan buah pinang oleh calon pengantin pria. Mempunyai makna
agar keduanya saling mengasihi dan bisa menyesuaikan diri.
h. Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali oleh calon pengantin pria.

6. MEMBUAT LUNGKUN

Saling hadapkan dua lembar sirih bertangkai. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat
dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya agar kelak
rejeki yang didapat jika berlebihan bisa dibagikan kepada saudara dan handai taulan.

7. BEREBUT UANG

Prosesi ini dilaksanakan di bawah tikar sambil disawer. Bermakna berlomba-lomba dalam
mencari rejeki dan disayang keluarga.


B. PROSESI PERNIKAHAN ADAT SUNDA PADA HARI H

Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin.
sayakamukalian.wordpress.com

PROSESI UPACARA PERNIKAHAN

a. Penjemputan Calon Pengantin Pria
Dilakukan oleh utusan dari pihak wanita.

b. Ngabageakeun
Ibu calon pengantin wanita menyambut dengan mengalungkan bunga melati kepada calon
pengantin pria. Kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk
menuju pelaminan.

c. Akad Nikah
Petugas KUA, para saksi dan pengantin pria telah berada di tempat nikah. Kedua orang tua
menjemput pengantin wanita dari kamar.
Kemudian didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi
dengan tiungpanjang, yang bermakna penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru
dibuka ketika kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.

d. Sungkeman
Meminta ampun kepada kedua orang tua.

e. Wejangan
Dilaksanakan oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
f. Saweran
Kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan.
Pantun mengandung petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi
dengan payung yang besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.

g. Meuleum Harupat
Pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita
dengan kendi air. Lalu harupat dipatahkan oleh pengantin pria.

h. Nincak endog (Menginjak Telur)
Pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air
bunga dan dilap oleh pengantin wanita.

i. Muka Panto (Buka Pintu)
Diawali mengetuk pintu tiga kali. Lalu diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan
dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin
masuk menuju pelaminan.
Prosesi pernikahan adat sunda saat ini mulai disederhanakan, melihat prosesinya yang
begitu panjang dan melelahkan. Bahkan menurut sebagian ulama, Prosesi pernikahan ini terlalu
mubazir sebab ada prosesi menginjak telur yang diibaratkan sangat tidak menghargai kreasi
Yang Maha Kuasa. Namun adat tetap saja adat, bagaimanapun bangsa ini tetap harus
melestarikan adatnya  yang ada.
Demikian prosesi pernikahan adat sunda modern dan lengkap. Semoga berguna bagi
pasangan pengantin maupun keluarga yang akan menggunakan adat sunda dalam prosesi
pernikahannya nanti.

C. Transkripsi Wawancara
A : Selamat malam bapak saya disini ingin mewa wancarai bapak mengenai adat pernikahan sunda,
apakah bapak bersedia untuk diwawancarai?
B : Selamat malam, saya bersedia
A : Jadi, seperti ini pak adat pernikahan sunda itu seperti apa dan bagaimana sih ya pak?
B : Dalam konsep pernikahan adat sunda itu tidak berbeda dengan adat jawa dan daerah lainnya,
namun ada beberapa acara yang wajib dilakukan yg biasa dilanjuntkan untun pernikahan.
berawal dari meminta izin dari orang tua melalui acara pengajian, dilanjutkan dengan acara
siraman sampai prosesi pernikahan. Untuk orang sunda, adat hukumnya wajib untuk
dilakukan.
A : Disetiap adat pernikahan itu ada tatacara dan susunannya pak, untuk adat pernikahan sundanya
itu sendiri acara dan susunannya itu seperti apa pak?
B : Kalo adat pernikahan sunda itu ada dua tahap, tahap pertama itu tahap prosesi pernikahan
sebelum hari H yaitu seperti neundeun omongan atau menyimpan janji.
A : Untuk omongannya itu, seperti apa dan artinya apa pak?
B : Omongan itu tuh istilahnya dari menyimpan janji sehidup semati. Terus lanjut ke acara sarosana
atau nyeureuhan, ini dikenal dengan meminang atau lamaran. Prosesi ini dilakukan orangtua
dari calon pengantin keluarga sunda dan keluarga dekat. Hamper mirip pada tahap pertama,
bedanya itu orang tua dari mempelai pria mendatangi calon besan dengan membawa makanan
atau bingkisan dan juga cincin pertunangan.
A : Terus selanjutnya acara apa ya pak?
B : Prosesi adat sunda yang selanjutnya yaitu acara patuker beubeur tameuh.
A : Patuker beubeur tameuh itu apasih pak?
B : Patuker beubeur itu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada sang mempelai
wanita.selanjutnya di lanjut pada acara seserahan atau nyandakeun,terus ngeuyeuk seureuh dan
yang terakhir berebut uang,yah begitulah kurang lebih nya adat pernikahan sunda di tahap
sebelum hari H
A : Terus untuk tahap keduanya apa itu pak?
B : Untuk tahap kedua itu prosesi upacara pernikahan dan akad nikah,jadi pada tahap ini adanya
upacara sebelum menuju pad acara inti yaitu akad nikah
A : Oh begitu pak,terus untuk susunan acaranya seperti apa pak,tolong bias di jelaskan pak?
B : Baik,jadi susunan upacaranya yang pertama penjemputan calon pengantin pria yang dilakukan
oleh utusan dari pihak mempelai wanita,lalu yang kedua ngabageakeun,ngabageakeun itu ibu
dari calon pengantin wanita menyambut calon pengantin pria dengan cara mengalungkan
bunga melati kemudian diampit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk
menuju pelaminan. Dan selanjutnya yang ketiga acara inti yaitu akad nikah,setelah akad nikah
lanjut ke acara sungkeuman yaitu meminta maaf dan meminta ampun kepada kedua orang tua
masing-masing setelah sungkeuman lanjut ke wejangan yaitu seperti sambutan-sambutan yang
dilaksanakan oleh ayah pengantin wanita atau dari keluarganya terus lanjut pada acara saweran
yang dimana kedua pengantin didudukan dikursi sambil penyaweran,pantun sawer dinyanyikan
pantun yang mengandung petuah utusan orang tua pengantin wanita sambil kedua pengantin
dipayungi dengan payung besar dan diselingi taburan beras kuning atau kunyit dan juga uang
recehan ke atas payung setelah itu Meuleum Harupat selanjutnya Nincak Endog atau menginjak
telor, muka panto atau buka pintu ya begitulah kurang lebihnya adat sunda.
A : Oh begitu ya sudah pak makasih atas kerjasamanya bapak
B : Iya sama sama














DAFTAR PUSTAKA


1